Minggu, 15 Februari 2015

Kompas Yang Hilang

Engkaulah Kompas ku, kau yang menemani langkahku selama ini.

"Pergi kebarat!!" katamu, aku ikuti,
"Pergi keselatan!! " aku ikuti pula.
Karna aku tahu Kau tak membawaku pada kesalahan, Kau tak mengeluh memberi arahan, begitu pula diriku: tak mengeluh saat kau beri arahan.

Tapi kini engkau, sang Kompasku, hilang. Bukan aku yang menghilangkan, bukan pula waktu yang memisahkan, entah apa yang terjadi pada engkau, wahai Sang Kompas.

Kini aku tersesat, tak tahu arah mana yang aku tuju. Dan aku hanya biarkan angin menuntunku.

Aku tak kecewa,aku tak benci, aku tidak pula merasa ingin mencari Kompas yang baru. Aku hanya merasa kehilangan. Kehilangan apa yang harusnya tak hilang. Tapi aku yakin, yakin kau akan kembali.

Wahai Sang Kompas, aku menunggu, menunggumu untuk kembali, agar aku tidak tersesat, tersesat diantara arah ini.


 

Writer:

@haryadisiniaja

Jumat, 01 Agustus 2014

Pelangi itu tidak untuk Tuan

Nona, kemana Nona sejauh ini? Nona selalu sibuk dengan urusan Nona, padahal disisi lain Tuan selalu meluangkan waktu untuk Nona, sesibuk apapun itu. Apakah Nona seperti ini karna Tuan? Apakah ini wujud ketidak pedulian Nona? Sungguh Nona, maafkan Tuan.
Memang Tuan tidak pantas untuk, Nona.
Tuan hanyalah seorang yang bodoh, hanya seorang yang ceroboh, hanya orang yang tak tahu diri mengharapkan kembali asanya Nona.

Maafkan Tuan, Nona. Maafkan Tuan atas semua bodohan, kecerobohan, dan ketidak-tahuan diri, Tuan.

Tuan sudah lelah dengan semua ini, sekarang Tuan hanya ingin berteduh, berteduh menikmati hujan penuh petir yang diberikan oleh Nona, tanpa ada pancaran sinar Matahari setelahnya, sehingga tidak ada Pelangi yang mewarnai langit senja.
Karna Tuan sadar, Nona,  
Tuan sadar...........

Pelangi itu tidak untuk Tuan.


Writer: @haryadisiniaja

Selasa, 29 Juli 2014

Tuan punya Hati

Kenapa Nona, kenapa? Kenapa harus seperti ini? Nona buat Tuan sebagai alas, alas pelepas rasa kesepian Nona sendiri, Nona tidak mau menampakkan Tuan dalam kehidupan Nona. Nona hanya hadir pada Tuan disaat Nona rapuh, disaat Nona jatuh, disaat Nona butuh pelipur. Setelah itu Nona pergi bersama seseorang dengan kuda, pergi jauh, jauh hingga Tuan tidak dapat mengeluh. Sungguh Nona, Tuan tak dapat benci pada Nona. Tuan tetap terima apa yang hendak Nona lakukan selama itu membuat Nona bahagia. Tapi Nona, apakah Nona sadar apa yang telah dikorbankan Tuan? Peluh, asa, waktu, Tuan kerahkan untuk Nona. Nona jangan jadikan Tuan hanya sebagai kertas, kertas yang berserakan diantara tembok-tembok perpustakaan yang bobrok, termakan rayap, ketika penulisnya hilang dalam senyap.

Hai Nona, sesungguhnya.....Tuan punya Hati.

Writer: @haryadisiniaja

Aku adalah belenggu

Entah bagaimana untuk melepas semua ini.
Melepas rasa dan asa yang telah lama menetap.
Sulit rasanya, sulit.

Seperti dibelenggu kayu, dalam sebuah ruangan gelap. Tak tentu pandangan, tak dapat melihat, tak dapat bergerak, tak dapat didengar.

Aku ingin bebas dari belenggu yang memasungku ini tapi ntah mengapa hatiku ini tetap memaksa untuk bertahan, bertahan dalam belenggu asa, bertahan walaupun itu menyakitkan. Aku tidak bisa sepenuhnya melepaskan, tidak bisa pula sepenuhnya bertahan. Aku adalah Belenggu diriku sendiri.

Writer: @haryadisiniaja

Kamis, 01 Mei 2014

Gue, Masa lalu, dan Gurun Sahara

Jadi waktu itu gue lagi main kerumah temen gue si Fitra (@fitrajin follow ea) untuk ngerjain Deadline pembuatan gelang. Gue sengaja bermalam disana bersama Amar (@amargedon__ ) , dan Andi(@af_andishofyan follow juga ea) , ya alesannya cuma sat: "gaberani pulang" . Banyak kejadian yg menurut gue emang absurd banget, dari mulai main Liga Jempol dengan kosekuensi yg kalah ditetesin aer Lilin panas, sampe selfie dengan muka "bangke" alisan muka tolol. 
Akibat sudah kehabisan ide untuk membuat suasana disana seru kembali, akhirnya gue cuma tidur-tiduran sambil mainin hp. Teman gue yang bernama Amar (@amargedon__ follow ea), mungkin karena dia juga bosan, dia tiba-tiba mengajak gue untuk jalan-jalan. Gue menolak, karena males juga kan jalan malem2 sama cowo berduaan, terlebih lagi dia punya badan gede kaya Brimop, gamau gue jalan sama Brimop, tar gue disangka banci kena razia lagi....
Si Amar ini ngulang lagi ajakannya untuk kedua kalinya dan gue tetep nolak. Dia "kekeh" ibarat kata orang sunda mah, dan untuk ketiga kalinya dia ngajak gue, dan gue luluh. gue akhirnya terima, dan gue jadian dan bahagia selamanya *eh apasih, "Kew, ayo jalan-jalan!" "Ayo dah, Mar. Lagi juga gue bete. Jalan kemana?" . Baru saja gue seneng karena kebetean gue ini akan menghilang, eh ternyata si Amar dengan muka konyolnya ini menjawab; "Ke masalalu, Kew!" seluruh ruangan yg dihuni oleh makhluk Allah yg paling sexy, yg paling sexy, sexy sekali, tertawa geli. "Poker Face" hadir diwajah gue.

*
Hari-hari selanjutnya gue berpikir, apa bisa ke "masa lalu" ya? . Kaya enak dah ke masa lalu, bisa memperbaiki kesalahan-salahan yg gue udah buat, memperbaiki pilihan pacar waktu SMP dulu, atau juga nolongin cewek yg pingsan dibelakang gue waktu gue main Kasti di SMP dulu. Semua pikiran dan angan-angan akan kesalahan yg akan gue perbaiki jika gue bisa ke masa lalu itu ternyata sia-sia. Kita mana bisa ke masa lalu, emang kita ini "Film Doraemon" atau film "Lorong Waktu"? , ini dunia nyata, Semua yang terjadi emang harus terjadi, penyesalan emang selalu datang belakang. Gue berpikir: "Kenapa harus memperbaiki masa lalu? Sementara gue bisa memulai sesuatau yang baru dan berhenti melakukan hal-hal yang akan disesali di masa depan?" . 


*
Akhirnya gue mengawali sesuatu "itu" dengan berhenti ngabisin waktu sama orang yang salah, berhenti ngabisin waktu sama orang yg bikin gue terluka. Ngabisin setiap hari dengan stalking doi yang taunya malah suka sama orang lain. Gue sadar, kalo seseorang pengen lu ada dihidupnya, dia bakal nyedian ruang buat lu, ga seharusnya kita(kaum-kaum pengharap cinta) ngejar seusatu yang malah ga ngerhargain kita. Gue sadar gue harus pergi, gue ga harus berdiam diri di Gurun Sahara ini, ditempat yang panas ini, karena selalu berharap untuk menjadi seseorang yg ada disisinya yang padahal dia udah pergi sama orang lain. Gue tau, kalau cinta harus dikejar dengan sungguh-sungguh, tapi gimana bisa, gue ngejar sesuatu yg akhirnya malah ngerubah gue. Gue harus pergi, ya paling ngga gue harus berteduh dibalik pohon kurma itu. menunggu suasana kembali sejuk.



Writer:
Raka Haryadi
@haryadisiniaja