Engkaulah Kompas ku, kau yang menemani langkahku selama ini.
"Pergi kebarat!!" katamu, aku ikuti,
"Pergi keselatan!! " aku ikuti pula.
Karna aku tahu Kau tak membawaku pada kesalahan, Kau tak mengeluh memberi arahan, begitu pula diriku: tak mengeluh saat kau beri arahan.
Tapi kini engkau, sang Kompasku, hilang. Bukan aku yang menghilangkan, bukan pula waktu yang memisahkan, entah apa yang terjadi pada engkau, wahai Sang Kompas.
Kini aku tersesat, tak tahu arah mana yang aku tuju. Dan aku hanya biarkan angin menuntunku.
Aku tak kecewa,aku tak benci, aku tidak pula merasa ingin mencari Kompas yang baru. Aku hanya merasa kehilangan. Kehilangan apa yang harusnya tak hilang. Tapi aku yakin, yakin kau akan kembali.
Wahai Sang Kompas, aku menunggu, menunggumu untuk kembali, agar aku tidak tersesat, tersesat diantara arah ini.
"Pergi kebarat!!" katamu, aku ikuti,
"Pergi keselatan!! " aku ikuti pula.
Karna aku tahu Kau tak membawaku pada kesalahan, Kau tak mengeluh memberi arahan, begitu pula diriku: tak mengeluh saat kau beri arahan.
Tapi kini engkau, sang Kompasku, hilang. Bukan aku yang menghilangkan, bukan pula waktu yang memisahkan, entah apa yang terjadi pada engkau, wahai Sang Kompas.
Kini aku tersesat, tak tahu arah mana yang aku tuju. Dan aku hanya biarkan angin menuntunku.
Aku tak kecewa,aku tak benci, aku tidak pula merasa ingin mencari Kompas yang baru. Aku hanya merasa kehilangan. Kehilangan apa yang harusnya tak hilang. Tapi aku yakin, yakin kau akan kembali.
Wahai Sang Kompas, aku menunggu, menunggumu untuk kembali, agar aku tidak tersesat, tersesat diantara arah ini.